Sunday, February 6, 2011

Sultan Maulana Hasanuddin, Penguasa Muslim di Banten (2)

Sultan Maulana Hasanuddin, Penguasa Muslim di Banten (1)

Ilustrasi

Dalam usaha penyebaran Islam di Banten, Maulana Hasanuddin berkeliling dari satu daerah ke daerah lainnya.

Kadang-kadang ia berada di Gunung Pulosari, Gunung Karang, atau Gunung Lor, bahkan sampai ke Pulau Panaitan di Ujung Kulon.

Kegiatan dakwahnya menyebabkan penduduk Banten Utara berangsur-angsur memeluk agama Islam. Sebelum Banten berwujud sebagai suatu kesultanan, wilayah ini termasuk bagian dari Kerajaan Sunda (Padjadjaran). Agama resmi kerajaan ketika itu adalah Hindu.

Upaya penyebaran agama Islam ke seluruh daerah Banten mendapat hambatan dari raja Padjadjaran yang mengeluarkan peraturan untuk membatasi masuknya pedagang Islam ke Banten.

Di samping itu, keputusan raja Padjadjaran untuk menandatangani perjanjian persahabatan dengan Portugis, menyulut kemarahan penduduk yang sudah memeluk agama Islam. Di bawah pimpinan Maulana Hasanuddin, mereka melakukan pemberontakan terhadap penguasa Padjadjaran.

Posisi Banten yang sangat strategis, karena letaknya di pesisir Selat Sunda dan merupakan pintu gerbang lintas Pulau Sumatra dan Jawa, menarik perhatian penguasa Demak untuk menguasainya.

Maka, pada awal abad ke-16 M, Kesultanan Demak mengutus Fatahillah, untuk menyerbu wilayah ini, setelah sebelumnya singgah di Cirebon untuk menemui Syarif Hidayatullah.

Kepala Seksi Pendidikan dan Informasi Kenadziran Masjid Agung Kesultanan Maulana Hasanuddin Banten, M Al-Hatta Kurdie, mengatakan dengan bantuan pasukan gabungan Demak-Cirebon, Maulana Hasanuddin dapat menguasai seluruh Kadipaten Banten. Penyerangan yang dilakukan terhadap wilayah itu, dikarenakan adanya perjanjian antara Padjadjaran dengan pihak Portugis.

“Perjanjian tersebut bocor dan sampai ke telinga Sultan Demak, apalagi waktu itu Demak sedang sakit hati dengan Portugis karena Pati Unus atau Pangeran Sebrang Lor kalah perang di Malaka,” kata jelas Kurdie.


Redaktur: Chairul Akhmad
Reporter: Nidia Zuraya/Muhammad Fakhruddin