Monday, February 14, 2011

BELANDA TAK PERNAH MENJAJAH BANGSA KITA!

Belum ada bukti yang masuk akal. Setelah membaca kumpulan sejarah kerajaan-kerajaan di Nusantara, ternyata memang belum ada daerah yang benar-benar dikuasai Belanda.

Walau mungkin terdapat sejarah yang mengatakan ditundukkan atau dikuasai, menurut saya istilah tepatnya bukan dikuasai. Tetapi berhasil dipengaruhi untuk bekerja sama dan kemudian Belanda mendiktekan apa yang menjadi maunya.

Belanda berhasil menjerat Kerajaan Nusantara dengan pinjaman keuangan. Ya seperti yang sedang terjadi zaman sekarang ini. Jika demikian, bukannkah ini sama saja hasilnya? Jika zaman dulu disebut dijajah, mestinya zaman sekarang pun boleh disebut demikian karena situasinya serupa.

Contohlah misalnya kerajaan besar Mataram. Belanda tetap tidak benar-benar pernah berhasil menguasainya. Mataram justru seringkali memanfaatkan Belanda demi kepentingannya sendiri. Misalnya, meminta Belanda untuk membantu dalam menumpas pemberontakan demi pemberontakan yang muncul ke permukaan.

Selama berada di Nusantara, malah Belanda sering mengalami kerugian besar. Baik dengan terbunuhnya sejumlah besar pasukan mereka karena peperangan, maupun jumlah pengeluaran yang juga besar secara keuangan. Bahkan, Belanda hampir bangkrut karena gagal-gagal secara terus-menerus dalam perjuangannya menguasai kerajaan demi kerajaan.

BELANDA SELALU KALAH PERANG

Dalam setiap peperangan pun, Belanda selalu saja kalah perang. Kemenangan selalu diperoleh Belanda jika mereka menggunakan orang-orang pribumi sebagai pasukan tentara Belanda, seperti pasukan dari Bugis, Batak, Madura dan daerah-daerah lainnya di belahan Nusantara. Dengan kata lain, yang memenangkan peperangan sesungguhnya bukanlah pasukan Belanda! Dan bukan karena Belanda bersenjatakan peralatan modern!

Karena itu, satu-satunya cara agar bisa menguasai Nusantara, Belanda kemudian memilih taktik pecah belah. Dalam perang yang takkan pernah dilupakan Belanda adalah Perang Diponegoro. Peperangan berlangsung sangat panjang, yaitu selama lima tahun. Untuk memenangkan perang, Belanda dibantu oleh pasukan prajurit Kertasura dan pasukan Mataram itu sendiri, juga pasukan dari kerajaan lainnya.

Kalau saja Kiai Maja—Guru Spiritual Pangeran Diponegoro—dan Panglimanya, Alibasyah tidak tertangkap, barangkali Pangeran Diponegoro takkan pernah tertangkap. Mereka berdua bagi sang Pangeran adalah sosok-sosok utama yang tak bisa ditinggalkan.

Sebagian besar kekalahan perang kerajaan-kerajaan Nusantara lebih banyak disebabkan oleh konflik internal mereka sendiri.

Kenyataan ini membuktikan bahwa para leluhur bangsa ini, sesungguhnya adalah para ahli strategi militer yang cukup handal. Sampai-sampai, Belanda yang memiliki persenjataan militer modern dan canggih, selalu gagal menghancurkan pasukan Nusantara.

Namun, hal semacam ini sepertinya tak pernah terpikirkan oleh kita. Bahwa, secara strategi militer, leluhur kita cukup jenius. Lalu, tidakkah kita tertarik untuk meneliti bagaimana sebenarnya kerajaan-kerajaan militer kita membangun dirinya?

Karena lemahnya kecintaan kita akan sejarah, kita pun tak pun tak pernah punya peduli untuk meneliti semua itu. Karena tak pernah diteliti, kita pun kehilangan harta paling tak ternilai. Yaitu nilai-nilai peradaban.

Makanya, sampai masa sekarang ini, kita tak pernah maju-maju. Kita kemudian selalu belajar dari nol sepanjang masa. Masa ke masa. Tak pernah ada yang namanya transfer dari peradaban dari masa-masa sebelumnya.

Seharusnya, para pemimpin kita, termasuk kita sendiri, kalangan muda khususnya, banyak membaca sejarah leluhur. Agar, bangsa ini tak selalu berjalan mundur lima langkah ke belakang!

Badrud Tamam Malaka