Ada sebuah kisah inspiratif dari seoarang abdi kerajaan dizaman maja pahit yakni patih Gajah Mada. Beliau sosok yang mengagumkan cita – citanya yang luhur ingin mempersatukan nusantara dibawah kekuasaan majapahit tepatnya pada masa prabu hayam wuruk. Sumpahnya yang sangat fenomenal hingga saat ini masih masih menjadi inspirasi bagi orang – orang yang mau merenungi makna yang terkandung dalam butir – butir sumpah palapa.
Sumpah Palapa yang berisi bahwa ia akan menikmati palapa atau rempah-rempah (yang diartikan kenikmatan duniawi) bila telah berhasil menaklukkan Nusantara. Sebagaimana tercatat dalam kitab Pararaton dalam teks Jawa Pertengahan yang berbunyi :
“ | Sira Gajah Mada pepatih amungkubumi tan ayun amukti palapa, sira Gajah Mada: Lamun huwus kalah nusantara ingsun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram, Tañjungpura, ring Haru, ring Pahang, Dompu, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana ingsun amukti palapa | ” |
Bila diterjemahkan artinya sebagai berikut :
“ | Beliau, Gajah Mada sebagai patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan puasa, Gajah Mada berkata bahwa bila telah mengalahkan (menguasai) Nusantara, saya (baru akan) melepaskan puasa, bila telah mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa |
Apa pun perbedaan yang ada tidak akan menjadikan bangsa Indonesia ini runtuh. Seharusnya bisa membuat motivasi untuk selalu berada didepan dalam menjawab tantangan zaman. Melalui perbedaan budaya, bahasa, agama dan lain sebagainnya, hendaknya salaing memperkuat satu sama lain, saling melengkapi kekurangan menasehti yang baik. Adapun itu semua pasti bisa terwujud bila kita melihat leluhur yang dulunya memperjuangakan cita – citanya untuk keadaan kita yang sekarang iani lebih baik dengan tanah keliharan yang melimpah ruah hasil kekayaan alamnya. Dan melihat 1000 tahun lagi untuk keturunan yanga menjadi regenerasi pemegang warisan pusaka bangasa
Bagus Jamaluddin