Tuesday, February 22, 2011

Manusia tidak Pernah Memiliki Keturunan dari Neandhertal

Hasil penelitian DNA menunjukkan rata-rata bangsa Eurasia dan Asia terbagi antara 1 sampai 4 persen dari DNA mereka dengan Neandhertal.

neanderthal,paleologiThinkstock (ilustrasi).

Teori yang menyatakan bahwa manusia dan Neandhertal pernah melakukan perkawinan menjadi sorotan dan membuat para antropolog semakin mencari tahu dengan melakukan penelitian lebih lanjut. Studi tersebut menyebutkan jika Homo Sapiens pernah melakukan hubungan dengan Neandhertal, yaitu hominid yang pernah tinggal di bagian Eropa, Asia Tengah dan Timur Tengah selama 300.000 tahun dan mengalami kepunahan pada 30.000 tahun yang lalu.

Hominid sebutan untuk kera besar, membentuk sebuah keluarga taksonomi dari primata, mengikutkan empat genera yang masih ada antara lain simpanse (Pan), grila (Gorila), manusia (Homo), dan orang utan (pongo). Istilah Hominid juga sering diartikan merujuk pada manusia dan kerabat dekat manusia yang lebih dekat dari simpanse.

Bukti klaim jika manusia dan Neandhertal pernah melakukan perkawinan di dapat dari hasil penelitian fosil DNA, yang menunjukkan rata-rata bangsa Eurasia dan Asia terbagi antara 1 sampai 4 persen dari DNA mereka dengan Neandhertal, meski dengan bangsa Afrika hampir tidak ditemuukan angka perbandingan.

Teori tersebut akhirnya dipatahkan oleh studi terbaru para ilmuwan dari University of Cambridge, Inggris yang mengungkapkan bahwa hasil DNA tersebut berasal dari nenek moyang mereka, bukanlah berasal dari proses "hybridization" atau reproduksi antara dua spesies hominid.

"Penelitian kami menunjukkan dengan jelas bahwa pola yang terlihat dalam genom Neanderthal tidak luar biasa, dan sesuai dengan perkiraan bahwa hasil yang terlihat tanpa adanya hibridisasi," kata Manica.

Jika terjadi hibridisasi, menurut Manica, sangat sulit untuk membuktikan dan menyakininya. Semuanya itu tidak pernah terjadi. karena hasil yang didapat menunjukkan lebih kecil dari apa yang orang-orang klaim saat ini.

Studi lainnya diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences, para ilmuwan yang dipimpin Svante Paabo di Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology di Leipzig, Jerman, menemukan bahwa Neanderthal dan H. Sapiens berpisah antara 400.000 dan 800.000 tahun yang lalu, ini lebih awal dari apa yang diperkirakan.

Tim ini juga menghitung bahwa manusia berpisah dari simpanse - kerabat terdekat primata kita- sekitar tujuh hingga delapan juta tahun yang lalu, lebih awal dari enam sampai tujuh juta tahun yang lalu yang merupakan perkiraan umum selama ini.

Laporan yang berada di dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences karya Andrea Manica dan Anders Erikson dari kelompok ekologi evolusioner mensimulasikan penggambaran genetik dengan menggunakan suatu modul komputer. Dimulai dari nenek moyang dari Neandhertal dan Homo Sapiens yang hidup sekitar 500.000 tahun yang lalu di beberapa bagian Afrika dan Eropa. Sekitar 300.000 hingga 350.000 tahun yang lalu, pupulasi Eropa dan populasi Afrika dari hominid ini terpisah.

Hidup di dalam isolasi genetik, populasi Eropa berevolusi sedikit demi sedikit menjadi Neandhertal sementara populasi Afrika akhirnya menjadi Homo Sapiens yang mana terus meluas hingga keluar Afrika sekitar 60.000 hingga 70.000 tahun yang lalu.

Menururt teori populasi Homo Sapiens yang secara geogragfis lebih dekat ke Eropa seperti yang tinggal di Afrika Utara relatif lebih besar mempertahankan gen leluhur mereka. Hal ini menjelaskan mengapa masyarakat modern Eropa dan Asia memiliki nilai kemungkinan pada penelitian DNA tersebut tetapi Afrika sangat sedikit memiliki kemiripan genetik dengan Neandhertal.

(Umi Rasmi. Discovery News)